Minggu, 10 Februari 2013

Asal Mula tari Ngremo


Asal Mula tari Ngremo

-1981/1982-
Mengenal dan mempelajari asal mula Ngremo kita didorong untuk menelusuri perkembangan kesenian-kesenian yang lain yang masih erat berhubungan dengan sejarah pertumbuhannya, antara lain : Tandakan/lerok/bandan/besut/topeng dalang.

Di antara kesenian-kesenian tersebut Ludruk Besutanlah dekat berhubungan dengan peristiwa kelahiran Ngremo.
Di daerah Dukuh Ngasem, Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Ludruk Besutan lahir ± pada tahun 1850 – an. Perkembangan selanjutnya dibawa oleh Pak Durrasyim ke Surabaya pada abad XIX berkisar pada tahun 1927, dengan perkembangan teaternya menjadi Sandiwara Ludruk. Dalam teater inilah tari Ngremo dilahirkan yang fungsinya untuk mengawali  pementasan sebelum ceritera Ludruk dimulai.
Adabeberapa pendapat tentang pertumbuhan tari Ngremo:
- tari Ngremo lahir sebagai ke ianjutan Ludruk Besutan.
- tari Ngremo lahir sebagai kelanjutan dari topeng dalang.

Beberapa pendapat tersebut di atas mengarahkan kita untuk mengamati lebih jauh tentang eksistensinya.
Salah satu unsur perkembangan adalah spontanitas, hal ini dapat dilihat dari adanya tari Seniti yang bermula dari tari-tarian keliling desa yang tidak banyak mempunyai perbendaharaan gerak sebagai vocabuler baku, tetapi dengan kreativitas para penari, gerak terus berkembang dengan waton-waton bentuk yang sekarang ini dianggap merupakan vocabuler tertentu dari pada Ngremo, misalnya: gedruk, singget, brajagan, nebak bumi, ayam alas, nglandak, kipatan dan sebagainya.
Dengan turun temurun keyakinan atas vocabuler tersebut tidak dapat diubah susunannya. Namun demikian masih dapat kita saksikan pada beberapa penari yang tergolong baik mempunyai bentuk-bentuk gerak khusus yang cukup kuat dan menonjol.
Kreativitas yang ada pada penari te rsebut antara lain mengancfung unsure – unsur : wiled (pengisian gerak pribadi), kecepatan, intensitas gerak, volume (bentuk dan isi), dinamik (tebal  tipisnya tegangan otot tubuh ) maupun kekavaan unsur-unsur jenis rasa (mantep gagah , mantep alus).
Hal ini bisa dinyatakan dari pernyataan beberapa Seniman Ngremo yang mengakui bahwa pada ta ri Ngremo ada yang mempu nyai kara kter gagah dan karakter alus (termasuk di dalam pengertian ini adalah penjiwaannya).
Sumber-sumber lain bisa ditelusuri sejak adanya topeng dalang di Jawa Timur ±.. pada abad I X – X III pada masa- masa Raja Kediri dengan tari Kelono yang sampai saat ini bisa kita amati pada teater topeng dalang di daerah Malang khususnya tari Beskalan.
Munali Fatah mengatakanbahwa pada mulanya tari Beskalan yang menggunakan sampur pada bahu ditarikan dengangayaputri. Kemudian berkembang dengan ditarikan dalamgayaputra, dan dalam perkembangan selanjutnya ditarikan pula Ngremogayaputri. Sampai saat  ini bentuk-bentuk tari tersebut dapat kita amati .di daerah Ma lang,Surabaya, Jombang, Mojokerto dan sekitarnya, yang bila diteliti mengenai keragaman dan kekayaan jenis solah masih banyak perbedaan. Sedakan Winoto seniman tayub dari Surabaya yang lama mengikuti perkembangan Ngremo adalah seorang Seniman sejaman Ludruk Besutan dan mengikuti Durrasyim ketika mendirikan Sandiwara Ludruk di Surabaya, mengatakan bahwa Ngremo merupakan perkembangan dari tari Somo gambar yang dalam peragaannya menggunakan property tombak.
Hal ini identik dengan pengalaman yang diperoleh Kuswo seniman Ludruk Besutan dari Jombang sejak jaman awal pertumbuhannya (tahun 1900-1930) yang mengatakan bahwa Ngremo merupakan peikembangan dari tad Go ndoboyo yang menggunakan property tombok.
Beberapa hal tersebut diatas merupakansalah satu sebab dari perkembangan kekayaan jenis-jenis keragaman dan jenis so lah maupun istilah -isdlah tari.
Suatu masalah yang perlu kita kaji bersama adalah sampai seberapa jauh perkembangan bentuk-bentuk tari Ngremo, Kelono dan Beskalan tersebut di masyarakat.
Perkembangan saat ini dari wujud garap ditandai dengan adanya bebe rapa tokoh penyusun tari Ngremo yaitu :
- Munali Fatah dari Su rabaya (R RI)
- Bolet dari Jombang.

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Tri Broto Wibisono, Ngremo, Proyek Pengembangan Kesenian Jawa Timur Th. 1981/1982, Hlm. 13

Minggu, 20 Januari 2013





Sebelum ada Kalipso, komunitas rap di Solo berawal dari Kompetisi Rap yang diadakan tahun 1993. Para finalis akhirnya membentuk grup rap C.A.T . C.A.T Hip Hop Rapper Crew beranggotakan : Cat Meg, Doddy Bass, Laudy Luke, Afiblek, Berly Bird, Bagus, Herry, Tondy, Ari. Setelah sering naik panggung sana-sini, C.A.T diminta Donnie Beat untuk mengisi program radio SASFM yaitu 'Rap It Up', satu-satunya program hiphop di solo pada saat itu. Program radio hip hop 'Rap It Up' menjadi barometer musik rap kota solo yang pada saat itu sangat minoritas. Setelah Donnie Beat, Cat Meg, Doddy Bass, host program 'Rap It Up' SASFM yang terakhir adalah Afiblek sampai denggan tahun 2001. Program radio 'Rap It Up' akhirnya menjadi tempat kumpul rapper2 solo seperti Aji Double Jee a.k.a Adrenoise Jee, Papie Slim, Addin 213, Andre, Lady Gan dll. Pada tahun 1998 nama Kasultanan HipHop Solo ( KALIPSO ) baru resmi dipakai sebagai tempat bernaung. Big thanks and respect to Donnie Beat, Rap It Up dan SAS FM yang membuat komunitas rap berkembang di solo dari C.A.T hingga KALIPSO ,,,, hell yeah!!!!!!!!!!!! 



Pertengahan tahun 2002 saat musik hiphop sedang diatas angin, Kalipso justru menghilang begitu saja, tenggelam entah kemana. Mungkin pada waktu itu tidak ada penggerak semangat untuk menjalankan komunitas ini, atau mungkin para anggotanya sibuk dengan pekerjaan, kuliah dan urusan pribadi masing-masing. Jadi Kalipso pada saat itu terbengkalai begitu saja tanpa ada kelanjutan. 
Setelah hampir 6 tahun Kalipso mengalami mati suri, pada awal 2008 sebagian rapper yang masih aktif dari tahun 2000an sampai sekarang, merasa perlu untuk membuat sebuah wadah di kota solo untuk orang-orang yang masih berjuang dalam dunia hiphop. Dan saat itu didukung oleh Mas Burhan (Kaisar Band) Ababil Studio yang memberikan tempat untuk para rapper berkumpul dan mengadakan acara hiphop movement untuk setiap bulannya. Keinginan itu muncul dengan tujuan yang sama,yaitu memberikan wadah bagi para pelaku hiphop dikota solo sebagai tempat saling bertukar pikiran, tukar pengalaman dan menjalin persaudaraan. Selain itu juga agar orang luar tahu HIPHOP KOTA SOLO MASIH ADA DAN AKAN TETAP SELALU ADA. Maka dari itu kami semua sepakat untuk menghidupkan kembali Kalipso sebagai bendera hiphop kota solo. Diharapkan dengan adanya sebuah wadah seperti KALIPSO, hiphop di solo bisa lebih akrab ditelinga masyarakat luas, lebih maju dan berkembang. Dan tidak menutup kemungkinan dengan adanya Kalipso merangsang munculnya para pejuang hiphop yang baru. 
Di dalam Kalipso setiap anggota tidak hanya sebatas bermusik tapi juga belajar bagaimana menghargai orang lain, belajar mencari sahabat, belajar saling membantu satu sama lain, belajar untuk berorganisasi dan bertanggung jawab akan tugas masing-masing didalam komunitas ini. Maka dari itu di Kalipso ada sebuah struktural kepengurusan, mulai dari ketua umum, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan lain sebagainya selayaknya sebuah organisasi (mungkin akan jadi parpol kalo banyak pendukungnya hahahaha) 
Bagi kami semua itu adalah sebuah penghargaan dan bonus dari hasil karya perjuangan kami dalam antah berantah dunia hiphop di Indonesia. 
Kalipso selalu terbuka bagi siapa saja dan genre musik apa saja untuk berbagi pengalaman dan bertukar pikiran, walaupun Kalipso bertitik berat pada HIPHOP tapi bukan berarti Kalipso hanya melihat hiphop semata untuk melangkah. Komunitas ini didirikan oleh banyak orang dan diperuntukkan untuk banyak orang pula, jadi kami selalu membuka pintu lebar-lebar untuk siapa saja yang ingin bergabung berjuang bersama memperjuangankan hiphop dengan syarat berdomisili di kota solo dan sekitarnya. Dan perlu banyak orang ketahui bagi kami “musik adalah musik”, untuk didengar dinikmati dan mengungkapkan segala isi hati, jadi semua musik tidak lah berbeda, hanya penyampaiannya saja dan format yang beda dari setiap musik, tapi intinya??? Semua musik dan lagu sama saja kan??? Jadi Kalipso anti mengkotak-kotakkan genre musik, semua sama, berjuang dalam jalan yang berbeda tapi bertujuan pada satu titik temu yang sama. “Penghargaan terbesar dalam hidup bukan lah saat orang lain menghargai kita, penghargaan terbesar dalam hidup adalah disaat kita bisa menghargai orang lain”. 
“Menjadikan setiap perbedaan menjadi satu kekuatan”, mungkin kalimat itu yang membuat Kalipso semakin solid dari hari ke hari. Bagi kami hiphop sudah menjadi bagian dari hidup kami yang tak mungkin hilang begitu saja, bisa dikatakan hiphop adalah harga diri kami. Ini semua adalah sebuah perjuangan dan peperangan yang tak akan ada akhirnya. Bukan bagaimana cara kita berjuang tapi untuk apa kita berjuang, bukan bagaimana cara kita berkorban tapi untuk apa kita berkorban, dan bukan bagaimana cara kita berperang tapi untuk apa kita berperang…… HipHop Ngantos Pejah …….